Rabu, 24 November 2010

Mata Hari Akan Terbit dari Barat

Dalam majalah Science edisi 8 September 2006 lalu, diberitakan bahwa ilmuwan dari Australia, Tiongkok, dan Norwegia dalam riset bersama terhadap lapisan batuan berhasil menemukan, bahwa telah terjadi perubahan kutub bumi.

Jika dijabarkan secara nyata, selama 20 juta tahun terakhir ini, arah kutub utara telah menyimpang sebesar 50 derajat. Perubahan ini setara dengan jarak antara Alaska (atau Siberia) hingga ke garis khatulistiwa.



Dalam kebudayaan suku bangsa Maya yang sangat maju, juga terdapat catatan serupa. Berdasarkan kalender suku Maya, terhitung sejak 1992 hingga 2012, bumi kita akan memasuki suatu masa "Siklus Besar" yang terjadi setiap 5200 tahun sekali yang merupakan masa penutup dari fase terakhir, yang juga disebut "Masa Perubahan Bumi".

Dalam kebudayaan suku Maya itu juga telah diramalkan, bahwa pada tahun 2012 medan magnet bumi akan mengalami perubahan.

Setahun sebelumnya, India Daily dalam beritanya pada tanggal 1 Maret 2005 melaporkan, bahwa ada sejumlah ilmuwan geofisika dan astronomi dari perusahaan Hyderabad telah meramalkan bahwa pada tahun 2012 akan terjadi perputaran terbalik pada kutub bumi maupun kutub matahari.

Arah Perputaran Aliran Sungai Amazon

Orang-orang mengatakan : Aliran suatu sungai selalu mengarah ke timur. Sebenarnya, sejumlah sungai besar di dunia, pada kenyataannya memang mengalir ke arah timur. Termasuk sungai terbesar di dunia, Sungai Amazon, di Amerika Selatan.



Berdasarkan laporan BBC pada tanggal 24 Oktober 2006 silam, dulunya aliran sungai Amazon ini pernah mengarah kearah barat, bukannya mengarah ke timur seperti sekarang ini.

Para peneliti dari University of North Carolina (UNC) berhasil menyimpulkan suatu temuan dari hasil penelitian terhadap lapisan batu di Sungai Amazon. Mereka masih belum dapat memastikan waktu yang tepat kapan berubahnya arah aliran sungai ini, perkiraan mereka adalah sekitar 65 juta tahun silam, atau mungkin juga lebih lama lagi.

Sebelum itu, arah aliran Sungai Amazon mengarah ke barat. Berdasarkan hasil penelitian, para ilmuwan telah menemukan bahwa di bawah lapisan es dan salju ada sejumlah makhluk hidup yang pernah hidup.

Selain ramalan bangsa Maya yang menggemparkan itu, Shen Gua dari Dinasti Song dalam karyanya Catatan Meng Xi menuliskan bahwa :

Di antara kedua tebing sebelah utara gunung Taixing, terlihat adanya lapisan kulit-kulit kerang dan butiran-butiran seperti telur burung, melintang di sepanjang tebing membujur seperti untaian pita. Ini adalah tanda bekas lautan di masa lampau, sekarang sebelah timur hanya berjarak beberapa ratus kilometer saja dengan laut.



Ge Hong dari Dinasti Jin dalam karyanya Legenda Dewata memuat catatan yang lebih luas dibanding dengan catatan Da Yu dalam Legenda Pengaturan Air-nya. Dalam catatan tersebut dikatakan bahwa setelah puluhan juta tahun maka daratan akan menjadi lautan luas, dan lautan luas setelah puluhan juta tahun akan menjadi daratan. Selang waktu bertemu Dewa Ma Gu dan Wang Fang Ping dengan pertemuan sebelumnya, telah melalui 3 kali pergantian laut menjadi daratan.

Beberapa ratus tahun belakangan ini, terutama puluhan tahun terakhir, di bawah pengaruh kegiatan manusia, perubahan iklim besar-besaran telah terlihat antara garis khatulistiwa hingga ke kedua kutub : suhu udara semakin meningkat, es dan salju meleleh, bahkan beruang-beruang di Islandia pun tidak dapat tidur musim dingin lagi.

Ratusan Ribu Es Arktik Meleleh Tiap hari



Belum lama ini ditemukan kenyataan puluhan ribu kilometer persegi es di laut Arktik meleleh. Dengan mengamati melalui satelit, para ilmuwan memperkirakan luas lapisan sekarang adalah yang tersempit.

Peneliti kawakan Eddie Gruben menyaksikan es yang meleleh semakin luas per dekade. Pengamatan dilakukan sekitar 2.414 kilometer di utara Seattle, AS. Akhir pekan lalu, tepi es tinggal berjarak 128 kilometer menjorok ke laut dan menurut Gruben (89 tahun), 40 tahun lalu, tepi es menjorok 64 kilometer lebih jauh ke laut.

Rata-rata temperatur global naik 0,6 derajat celsius pada abad lalu, tetapi suhu Arktik naik jauh lebih cepat. Pada akhir Juli lalu, suhu naik hingga 30 derajat celsius. "Airnya amat hangat, anak-anak bisa berenang di laut," ujar Gruben.

Daerah tersebut merupakan permukiman suku Inuvialuit—sebutan untuk bangsa Eskimo Arktik bagian barat. Kamis (6/8), Pusat Data Nasional AS untuk Salju dan Es menyebutkan, sekitar 106.000 kilometer persegi es meleleh pada suatu hari bulan Juli. Ini ekuivalen dengan luas Indiana. Tingkat melelehnya es ini sama dengan peristiwa Juli 2007.



Dari laporan kantor meteorologi di Colorado, kondisi atmosfer sekarang mirip dengan tahun 2007 yang ditandai dengan langit yang amat cerah. Ketika itu, es di Laut Beaufort di utara Arktik juga meleleh.

Fakta-Fakta:

  1. Kita bukanlah penyebab terjadinya Pemanasan Global. Dalam kadar maksimal, hanya 3 % gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan umat manusia. Jumlah CO2 dalam udara saat ini menyerap hampir semua radiasi yang ada. Jadi, tak ada hubungan antara kaitan jumlah kadar CO2 dan radiasi.
  2. Sebanyak 17.000 orang imuwan menandatangani petisi yang menyatakan bahwa CO2 yang dihasilkan manusia bukanlah penyebab pemanasan global. Peningkatan kadar CO2 sebanyak 30 % persen di atmosfir kita dalam 100 tahun terakhir adalah akibat kenaikan suhu laut. Dan naiknya temperature laut disebabkan meningkatnya gempa dan aktivitas vulkanik.
  3. Di masa lalu, saat perubahan kutub terjadi, dibarengi juga dengan aktivitas vulkanik, gempa, zaman es dan kepunahan. Terjadi secara serentak. Perubahan ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Bayangkan, dalam satu malam, suhu bisa turun 20 derajat.

Investigasi Terbaru NASA

Investigasi lanjutan mengenai anomali-anomali 2012 tiba pada verifikasi ilmiah yang paling menggetarkan:

Prediksi NASA bahwa dalam beberapa tahun ke depan ada kemungkinan terjadi perubahan kutub magnet bumi yang merupakan siklus ribuan tahun dari planet dan bintang.

Meski sulit dipercaya, sebagai contoh NASA mengatakan bahwa pada tahun 2001 bintang kita "matahari", telah mengalami perubahan kutub tersebut. Namun karena massa matahari relatif uniform dan kita tidak tinggal disana maka manusia relatif tidak merasakan perubahan ini.

Seperti kita ketahui bumi dapat diibaratkan sebutir telur dimana kulit telur adalah daratan dan lautan tempat kita berpijak, dan cairan telur adalah material vulkanis logam cair dan inti bumi adalah kuning telur yang merupakan logam padat bersuhu tinggi.



Dan inti bumi inilah yang memiliki medan magnet yang keluar dari kutub utara menuju kutub selatan yang dikenal dengan Sabuk Van Hallen. Medan magnet ini melindungi bumi dari sinar kosmis matahari yang memungkinkan kehidupan berjalan dengan normal.

Dalam beberapa dekade terakhir dinyatakan kutub utara telah bergeser dalam derajat yang signifikan, dan tidak ada yang bisa memastikan kapan terjadi pergeseran total kutub Utara menjadi kutub Selatan ini. Bisa dalam hitungan tahun, atau masih ratusan tahun lagi.

Bukan berarti bumi yang berputar balik, tapi karena inti bumi dan kerak bumi diisi oleh cairan, posisi inti dan keraklah yang sebenarnya berputar (Seperti kuning telur berputar didalam telur yang sedang diam).

Jadi apakah efeknya terhadap kehidupan di dunia ini? Satu hal yang bisa dipastikan adalah jarum kompas kita tidak akan lagi menunjuk ke arah utara namun mengikuti kutub magnet Utara yang sudah pindah di Selatan.

Cuma jarum kompas berubah arah? Mungkin saja. Skenario paling buruk menurut ilmuan barat adalah kemungkinan sedikit gangguan magnetik yang bisa merusak peralatan elektronik, satelit, pembangkit listrik atau piranti teknologi lainnya. Sebagaimana antisipasi menghadapi prediksi badai matahari di tahun 2012, upaya negara-negara maju mungkin lebih kepada mitigasi terhadap kerusakan peralatan GPS dan sarana telekomunikasi.


Lantas, benarkah kita tidak perlu khawatirkan? Coba dipikirkan lagi, apabila kutub magnetik Utara bumi ada di Selatan, darimanakah Matahari kita akan terbit?***

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik dan saran dari Sobat sangat membantu untuk ke Suksesan Kita Semua